Aku masih senyum-senyum sendiri ketika sahabatku, Kumala Ayu Cahyani menceritakan uneg-unegnya kepadaku. Uneg-uneg dia yang sudah gagal cinta beberapakali. Kadang aku menyindirnya dengan sadis. Tapi kali itu aku sungguh sangat memuji keteguhannya.
"Alenta! gue mau cerita..," Tuh kan, lagi-lagi sahabatku itu menghampiri mejaku dengan tampang bertekuk. "Cerita tentang dia?" aku mengarahkan jariku kearah cowok. Cowok cakep, berbadan tinggi, pintar, dan jutek. "Iya!" seru Sahabatku itu. Dari pada aku yang bercita, lebih baik para pembaca membaca uneg-uneg Mala sendiri. Let's Read..
###
Kumala's POV
Namaku Kumala Ayu Cahyani. Biasa di panggil Mala. Kalian tahu? Selama sekitar 1 setengah tahun ini.. aku sangat memuja cowok cakep di kelas 2IPA-2. Namanya Gustav. Muhammad Gustav Adriano. Sosoknya yang tampan, tinggi tegap, pintar, nggak jerawatan seperti kebanyakan cowok SMA, cool dan... dan... dan nggak peka. Iya. Nggak peka menurutku.
Aku menyukai Gustav udah sekitar 1 setengah tahun lamanya. Dari saat aku keterima di SMA Budi Utomo ini. Saat itu acara MOPD, aku lupa membawa Topi karton. Topi karton culun ala anak-anak MOPD di SMABUD, kelompokku saat itu adalah Kurap, dan kebetulan aku sekelompok sama Gustav.
Cowok itu yang tau kalau aku hampir mau nangis gara-gara ketinggalan topinya.., memberikan topi kelompoknya padaku. Oh my GOD! Aku langsung jatuh cinta sama dia! Sumpah.
Cowok itu yang tau kalau aku hampir mau nangis gara-gara ketinggalan topinya.., memberikan topi kelompoknya padaku. Oh my GOD! Aku langsung jatuh cinta sama dia! Sumpah.
Dan aku lebih girang dan berbunga-bunga lagi.. saat kelas 1 nya sekelas dengannya! Selama setahun itu.. perasaanku benar-benar kutunjukkan untuknya. semua teman-temanku mengetahui kalau aku menyukai Gustav, jadi sudah tidak awam kalau sorakan “cieeee” tertuju untukku saat aku menampakkan rasa perhatianku sama Gustav. Aku nggak centil ya. Juga nggak lebay. Bisa dikata, aku malah cewek culun. Yah.. nggak culun-culun amat. Hanya saja, kaca mata harry potter sialan ini yang membuatku nampak seperti itu.
Aku selalu tersenyum untuk Gustav, berbicara ramah, dan selalu bertanya tentang apapun yang tak kuketahui dengannya. Dia sangat pintar, bayangkan saja, IQnya 140! Beda banget denganku yang IQku 128.
Aku yakin, pake banget malah.. kalau Gustav tahu aku suka sama dia. Tapi sikap yang kutunjukkan untuknya.., malah dia anggap biasa-biasa saja. Dia seperti menganggapku fans abadinya. Oh SHIT Mamen.., Cuma fans!
Yah.. maklum saja.., nggak cuma aku yang suka sama Gustav. Banyak cewek-cewek yang suka sama dia. Bahkan.. para seniorpun ada. Tapi mungkin hanya aku yang masih betah ngedeketin dia, dibanding cewek-cewek lainnya yang udah pada nyerah.
##
“Ngapain lu majang poto Gustap buat BG hp lu? Mending masang poto JB dah..!” Seru Alenta yang suatu hari sedang mengutak-atik HPku. Ia teman sebangku juga sahabat karibku.
“Gue nggak suka JB. Lebih suka Gustav.” Jawabku santai. Dan polos. Dan dengan WaTaDos. Kuharap saat itu Gustav dengar. Kirain aja gitu ia nembak aku yang bener-bener cinta sama dia. Kulirik dia sesaat. Dirinya yang sedang membaca buku itu tiba-tiba menatap kearahku. Aku tak buangmuka seperti kebanyakan cewek lainnya yang malu-malu-lebay kalau ditatap cowok yang disukai. Aku memasang senyum. Senyum termanis.
DEGH! Gustav kemari! Menuju mejaku. Yah.., mejaku dan meja Alenta sih..
“Alen. Gue minjem HP lu.”
“Hmm, gue lagi BBMan sama Andre,” tolak Alenta menggunakan alasan lagi BBMan sama pacarnya. Tapi aku tahu maksud sebenarnya perkataan Alen. Dengan segera, ku sodorkan HP C3 qwerty-ku ke Gustav, “pakai HP gue aja Gus..”
“Thanx..” Gustav membalas ucapanku. Hatiku taklain berbunga-bunnga. Setelah selesai SMS (kayaknya).., dia ngasih Hpku ke aku lagi. Gustav kemudian meninggalkan kelas pada istirahat pertama kali itu. Kupandangi punggungnya lekat-lekat dengan wajah merona.
“Mala.., Mala.. ampe segitunya deh suka sama orang. Kalo kata gue, Lu mending jangan terlalu ngarep deh, Gustav kayaknya nggak nyimpen secuil rasa sama lu.” Kata Alenta yang membuyarkan semua bunga-bunga dihatiku.
“Gue juga mikir gitu sih.., tapi kalau dicoba terus, gue yakin kapan-kapan tumbuh beberapa persen rasa suka ke gue.” Balasku enjoy. “Jajan yuk! Laper!” aku menarik tangan Alenta menuju kantin.
##
Saat aku masih kelas 1-4, selama satu semester.., rasa sukaku sama dia semakin menjadi. Kadang-kadang kupotret dia diam-diam lewat Hpku.., ku ambil foto-foto dia di FB. Dan bahkan.., foto personil tim basket aku cut dan hanya memperbesar foto Gustav. Iya.., Gustav ikut tim tim basket di sekolahku.
Sedemikian lama aku menunggu Gustav buat nembak aku.., tapi hal itu hanya andaian. Aku sempat berfikir.. lebih enak jadi cowok. Bebas! Bisa milih langsung tanpa basa-basi. Hingga saat itupun terjadi. Iya saat itu... tepatnya di akhir semester 2 saat aku masih kelas 1-4, aku mendengar jelas gosip Gustav pacaran dengan seseorang.
Alenta, cewek pertama yang paling tahu tentang hubungan Gustav pun.., berusaha sekuat tenaga menutup-nutupinya dariku. Tapi nihil.. gosip itu tengah menyebar luas hingga bersarang ditelingaku. Bahkan pamornya.. Gustav kalau pacaran sama pacarnya sangat mesra! Bergandengan, cubit-cubitan muka, toel-toelan hidung, plus manggil ‘aku-kamu’ dan‘say-yang’
GLEK! Nyesek! Jantungku mendengar pamor itu seperti ditikam beton! Sumpah nggak bohong. Itu pertama kalinya aku sakit hati. Dan rasanya benar-benar sakit. Cowok yang aku puja-puja, yang padahal dirinya sendiri tahu kalau aku suka sama dia.., malah nembak cewek lain. Dan cewek itu.. cewek itu Shinta Aisyafa, cewek bertutur halus, berkulit putih, berwatak lemah lembut, dan nggak comel. Shinta Aisyafa.. yang saat itu kelas 1-3, benar-benar cewek sialan! Tapi yang lebih sialan dan brengseknya adalah Gustav!
Aku mendengar isu, katanya Gustav pacaran sama Shinta gara-gara.., aku terlalu inisiatif untuk mendapatkan cintanya. Katanya cowok itu risih dan berakhir dengan memutuskan.., cari cewek lain! Ebuseet.. nyesek sumpah!
Alenta juga! Gadis itu sama sekali tak cerita tentang goosip itu! Sungguh ngenes.., padahal.. sahabatku itu orang yang menyaksikan adegan pernyataan cinta anatara Gustav dan Shinta.
Tapi aku nggak nyerah. Seperti judul lagu Nikita Wily.., aku akan tetap menanti. Meski Gustav sudah punya pacar! Pokoknya, pas masa-masa pacarannya si Gustav sama Shinta, aku gangguin terus.
Egois? Aku nggak gitu. Bukan berarti ngegangguin itu merusak hubungan Gustav dan Shinta secara blak-blakan. Aku terlalu malu untuk melakukan itu. Jika ingin mengganggu hubungan mereka.. sahabat-sahabatku selalu mendukungku. Seperti saat bereksperiman kimia aku pasti selalu dipilihkan agar bisa sekelompok dengannya. Saat sedang tidak bersama Shinta.., Aku mengambil kesempatan untuk berbicara sesuatu dengannya. Dan saat guru SBK meminta kelasku untuk membuat drama.., aku dan dia dipaksakan untuk menjadi pasangan Rama dan Shinta oleh teman-temanku.
Pokoknya teman-temanku the BEST banget deh! Banyak yang bilang.., aku lebih cocok dengan Gustav kalau saja aku tidak memakai kacamata dan berkerudung. Ya.. di sekolahku, kebanyakan cowok nggak suka sama cewek yang terlalu alim.
Secara luar sikapku sama saja dengan Shinta. Aku juga lemah lembut, Baikhati, dan suka tebar senyum. Bukan senyum alay yang menjijikan, tapi senyum manis kepada siapapun. Hanya saja Shinta tampak begitu menawan dengan rambut panjangnya yang lembat dan indah. Matanyapun lebih jernih ketimbang mataku.
Seiring waktu berputar.. Gutav tetap cuek dan bersikap biasa-bisa saja meskipun teman-temanku dan aku mendesak untuk terus bersama. Gustav malah semakin mesra dengan Shinta. Dan hati aku semakin panas.
##
Kini aku telah naik kelas. Tercatat menjadi siswi kelas 2IPA-3. Aku tak sekelas lagi dengan Gustav. Ia kelas 2IPA-2.. sama seperti sahabatku, Alenta Sabrina. Sedih sih.. tapi tak terpuruk. Kelas IPA-2 sama IPA-3 deketan kok! Jadi saat istirahat, aku sering ke kelas IPA-2.
Berita saat Shinta Aisyafa tak sekelas dengan Gustav adalah berita gembira buatku. Gadis goblok seperti Shinta memang layak masuk kelas 2IPS-4!
Maaf.., bukannya menyindir. Shinta dan aku memang lebih pintar aku. Meskipun sifatku hampir sama dengannya, otakku jauh berbeda.
Tapi rupanya pisah kelas bukan problema bagi Gustav dan Shinta. Mereka makin mesra dan blangsak. Rada nyeri kalau menyaksikan adegan kemesraan Shinta dan Gustav. Tapi mau gimana lagi? Cemburupun nggak akan memperbagus keadaan.. bisa-bisa aku di ledek cewek rendahan yang suka merebut cowok orang lagi! Oh No..
##
Hari ini aku ke kekelas 2IPA-2 lagi. Ada banyak hal yang ingin ku ceritakan ke Alenta. Sebenarnya sahabatku banyak.., ada Mauriska.., Alfiah.., Denada, dan lain masih banyak lagi.., tapi hanya sama Alenta aku bisa curhat seutuhnya.
“Alenta! Gue mau cerita..” ujarku lirih sambil mendekat ke meja Alenta. Untungnya si Dewi udah ngacir ke kantin. Aku heran kenapa Alenta bisa dapet teman sebangku yang judes, nyebelin, plus sok-sokan pinter kayak Dewi. Ah sudahlah~ bukan itu yang ingin ku ceritakan.
“Mau cerita tentang dia?” seperti sudah kebiasaan.., Alenta tahu kalau aku ingin cerita tentang Gustav. Aku hanya mengangguk.
“Masa teh tadi coel-coelan hidung ditaman belakang. Sama makan ekskrim cons berdua jilat-jilatan! Menjijikkan tau.., ahh~ gue enek ngeliatnya...!!” ceritaku kesal. Tapi walau begitu, aku tetap merendahkan suaraku, karena si Gustav ternyata masih di dalam kelas bersama teman-temannya sedang bercengkrama sesuatu.
“Ah itu mah biasa..” respon Alenta. Aku diam, mendengarkan lanjutan kalimat Alenta, “Mereka kan, pernah pelukan. Elus-elusan pipi, dan lain sebagainya.”
Aku tetap diam.
“Panas ya?” tanya Alenta. “Jelas lah hati gue panas! Tapi mo gimana lagi? Mereka kan udah sah," ucapkuku sedikit berat hati mengatakannya. Oh Gustav.., kenapa musti sama Shinta sih?
##
Keesokan harinya.., aku tiba disekolah terpogoh-pogoh bersama Alfiah, Puput, Diana, dan Sari. Untunglah Pak Wastro baik, masih mau membukakan pintu gerbang walaupun bel sudah berderu.
Aku tidak berangkat bersama Alenta karena gadis itu memang sudah kebiasaan dianter naik mobil. Maklum saja.., kondisi keluargaku dan keluarga Alenta berbeda, Alenta anak tunggal.. sedangkan aku kakak dari 2 adik, makanya kebutuhanku di batasi. Orang tuaku saja tak punya mobil. Hehehe.. kok aku malah ngebahas tentang kekayaan gini ya? LANJUT..
Sampai di kelas 2IPA-3..
Kelas sungguh ribut! Anak-anak cewek maupun cowok pada mengerumuni satu meja. ‘kok rame gini sih? Bentar lagi pak Abdullah dateng kan?’ pikir ku dalam hati.
Alfiah yang sekelas dengankupun nggak mau kalah ikutan mengerumuni sebuah meja itu. Sedangkan Puput, Diana dan Sari kerap masuk kelasnya masing-masing di 2IPA-5
“HEEEH! Itu pada ngapain di situ?! Bubar-bubar!! Nggak dengar bel apa? Kembali ketempat duduk masing-masing!”
Nah loo.., benerkan? Si guru killer nan pendek dateng! Adullah Mafudin!
Dari bangku kuberada, aku menengok kearah meja yang tadi dikerumuni teman-temanku. Owh.. rupanya ada anak baru toh.
“Hmm.., udah pada kenalan ya? Dikelas kita ada anak baru.., Hey kamu! Ayo kedepan!” perintah pak Abdullah. Anak baru itu maju kedepan. Berdiri ditengah membelakangi papan tulis, “Namaku Alvino Syahyuda. Panggil aja Alvin. Pindahan dari Subang. Salam kenal..” anak itu memperkenalkan dirinya. Aku cuek tak memberi respons. Cowok itu jelek! Banyak jerawat! Warna kulitnya merah rebus, dan.. nampaknya ia bodoh. Yah.. belum tentu juga sih. Itu menurut analisaku.
Saat istirahat.., seperti biasa, aku mengunjungi Alenta di kelas 2IPA-2. Alasan utamaku sih.., mengunjungi Gustav. Hehehe..
Tapi saat memasuki kelas IPA-2, aku tak melihat Alenta. Begitupun Gustav. Kuputuskan bertanya pada Asmara dan Alisa. Salah satu teman sekelasku di kelas 1-4 dulu.
“Asmara.., Alen mana?”
“Entahlah.., mojok ama Andre kali.” Jawab Asmara sekenanya. Aku cemberut. “Gustav ada dipojok kok! Noh.., di bawah meja lagi berduaan sama Shinta,” sahut Alisa pelan. Aku sedikit mendongak mengarah ke pojok kiri. Tepat saja. Gustav dan Shinta lagi rangkul-rangkulan sambil cubit-cubitan pipi. “Dih.., najong!” seru ku.
“Ahahahaha.., udah hal yang biasa kan La?” ucap Asmara tertawa. Aku semakin cemberut. Kulihat ekspresi Alisa juga sama denganku, “Kenapa Lis?” tanyaku. “Gue..., gue pegat dong ama Arkan!” jawab Alisa ceria. Pura-pura ceria.
“Siapa yang megatin?” tanyaku lagi, memasang tampang muka senasib.
“Ahh~ udah ah, udah lalu.., Gausah dibicarakan, hehehe...” elak Alisa. Aku cemberut. “Ihh! Lis! Musti dibicarakan doong! Gue musti dapet PP elu!”
“Kalo mo minta Poto Propil gue.., ada di FB kok. Hahaha..,” Alisa malah tertawa. “Yee~ yaudah deh!” seruku meninggalkan kelas IPA-2. “Yah.., marah.., ciyee Mala marah.” Ujar Asmara. “Nggak kok. Aku kan nggak mau cepet tua!” Seruku didepan koridor IPA-2.
Saat di belokan, menuju Kantin...
BRUK!
“ah, Sori,” ujar laki-laki yang tak sengaja menubrukku.. Aku tersenyum sembari membetulkan letak kaca mataku. “Gak apa-apa kok Vin..,”
“Lu kenal ama gue? Dari siapa? Ah~ temen sekelas ya? Siapa nama lu?” sebuah pertanyaan yang cukup banyak dilontarkan.
Aku meringis.., “Iya.., kita sekelas. Nama gue Mala. Kumalas Ayu Cahyani.” Jawabku akhirnya. Alvin, si cowok yang menubrukku itu mengangguk-angguk gak jelas.
“MALA!” Seru seseorang dari belakangku. Kontan aku menengok. Gadis yang amat kukenal.., berambut keriting gantung, dan berkaca mata merah sedang berlari-lari kecil untuk menghampiriku. Gadis itu pastinya adalah Alenta. Terlihat pula Andreas Jhonatan dibelakangnya berjalan santai.
“Kemana lu? Gue cariin di kelas kagak ada? Habis mojok ya?” tanyaku berpura-pura kesal. “Ih.., apaan sih? Nggak lah!” elak Alenta malu-malu.
“Siapa tuuuhhh?? Cowok kecengan lu ya?” sahabatku itu berusaha memperalih bembicaraaan. Aku melotot. “Bukan!”
“Alvino ya? Anak baru kan loe?” tanya Andre tiba-tiba. Laki-laki itu ujuk-ujuk udah di samping Alenta. Alvin menjawab, “iya, gue newbie disini.”
“Duluan ya,” lanjut Alvin cuek.
Aku mendongak ke Andre, “ngapain loe Ndre? Kurang puas ngobrol ama Alen? Ntaran ajah! Gue mo ngobrol privasi!” seruku sambil menggaet lengan Alenta pergi menjauh dari Andre.
“Hoo! Bilang aja mo curhat tentang patah hati yag ke 100 kalinya!” seru Andre kesal. Laki-laki itu sensitif juga ketika saat kekasihnya kurebut. “Biarin!” balasku kesal.
##
“Alen.., lu pernah lihat Gustav ngelakuin sesuatu yang paling zina dengan Shinta nggak?” tanyaku membuka pembicaraan di taman belakang sekolah.
“Apa ya? Terakhir.., gue ngelihat si Gustav ama Shinta elus-elusan pipi, Terus ama pelukan, jadi tuh pas si Shinta minta di ajarin soal kimia ama Gustav, si Gustavnya ngajarin sambil ngerangkul pinggang Shinta. Terus pas si Gustav sakit.., si Shinta ngelus-ngelus dada Gustav gitu. Oh ya, si Gustav jug...”
“STOP! Udah berhenti cerita. Gue panas dengernya.” Belum selesai Alenta bercerita.., aku sudah memotong perkataanya. Alenta memanyunkan bibir.
“Ih.., kan elu nanya ama gue, ya gue jawab!”
“Iya. Tapi nggak usah di ceritakan per episode yang terekam di ingatan lu gitu dong. Gue malah dongkol.” Sanggahku cepat.
“Halaah.., lu kan udah terbiasa La! Nyantai wee lah.” Hibur Alenta. Tapi itu tak menghiburku. Melainkan mengejekku. Aku tersenyum. Tersenyum kecut.
“Jiah.. dia marah. Jangan marah atuh! Eh.., ntar klub Basket latihan lho! Lu mau lihat nggak? Bareng gue kalo mo lihat.” Ucap Alenta. “Boleh tuh. Mumpung nggak ada Les nih.” Responsku santai. Alenta nyengir.
Hunny Bunny Sweety...
GLEK! Aku menelan ludah. Rington alayku berbunyi nyaring di muka umum. Sungguh. Mutlak! Aku malu!
“WHAHAHAHA! Maaalaaa.., lu kok jadi alay gitu? Masih jaman Huny Bunny Sweety? Wkwkwkw..” tawa Alenta membahana. Membuatku mendelepkan muka.
“Stt.., ah! Apaan sih loe? Suka-suka gue dun mau pasang rington apa.” sanggahku cemberut.
“Hahaha.., iya deh.. maap. SMS ya? Dari siapa?”
“Dari Mauriska. Dia mo copast PR Biologi gue.” Jawabku santai sambil membalas SMS dari Mariska. Nggak tau kenapa.., ujuk-ujuk Alenta ngakak lagi.
“Kenapa sih loe Len? Kesurupan setan murah yak?”
“Ahahaha.., nggak tau nih. Lucu aja. Gue tanya ama loe deh La.., kenapa lu bisa majang lagu itu buat rington sms lu?”
Ngek. Pertanyaan Alenta bikin gue nekuk alis.
“Kan suka-suka gue mo pasang rington apa. Lagi seneng aja make rington itu.” Jawabku kemudian. Alenta berdehem, “Hmmm.., mang iya? Ngaku ajah deh La. Lirik lagu Hunny bunny Sweety tuh.., lagi menggambarkan suasana hati lu kan?”
GLEK. Aku menelan ludah kembali.
“Aiyaiyai.., I Know sekarang. Kalau nggak salah lirik lagunya teh gini, ‘awal kenalan udah naksir kamu.., kapan kamu akan, ungkapkan padaku. Aku akan menunggu kesempatan itu, buruan katakan padaku.. kalau.. kamu cinta aku..., Resah hatiku menunggu kamu.. nembak aku.., tak sabar lagi diriku masuk kedaaalaam cintaaaaamu..’ Iya kan La?" cerocos Alenta
Aku mengangguk pasrah. Alenta ber yes-yes nggak jelas. “Udahlah.., tak apa. Gue dulu ama Andre juga gitu. Whahaha..”
“Yee,, terserah lu deh!” sunggutku kesal. Alenta masih cekikan.
TEEET.. TEEEET... Bel istirahat selesai berderu. Aku dan Alenta lekas cabut dari taman belakang sekolah menuju kelas masing-masing.
##
Di SPAGETI (Sebelas iPA tiGa ExsekluTIf)...
Kelasku.., saat ini hening. Semua pada menyimak pelajaran biologi yang disampaikan Pak Dariyus. Tapi entah mengapa, aku doang yang bosen. Antara bosen dan ngantuk. Untuk sekedar mengalihkan otak.., aku menengok ke arah bangku Alvin. Tak disangka! Cowok itu ikutan nengok kearahku sambil senyum. Tak bisa kuartika dia tersenyum apa. Antara senyum tulus atau.. senyum menggoda. Tak ku balas senyumannya, aku mengalihkan padanganku kembali kepapan putih.
Ujuk-ujuk..
“Kumala!” Pak Dariyus memanggilku. “Ya?” sahutku sedikit kaget. “Kamu anak PMR kan? Ambilkan alat pengukur tensi darah di UKS ya. Kita akan belajar aliran darah,” suruhnya. Aku dongkol dalam hati, namun tetap berkata “Iya Pak..”
Sesampainya di UKS..
“Lha? Gustav? Ngapain lu di sini?” Oh Em Ji! Pangeranku ada di UKS ternyata. Thanxs Pak Dariyus.., thanxs banget! sepertinya engkau mau nyomblangin aku sama Gustav.
“Gue lagi istirahat aja. Nggak enak badan. Lagian di kelas gue pelajarannya ngebosenin,” jawab Gustav cuek.
“Pelajaran apaan emangnya?” nggak mau kehilangan kesempatan. Aku terus berusaha mengajak Gustav bicara.
“Demologis.” Jawabnya singkat. Ish! Nyebelin! Irit kata banget sih. Apa dia lagi bener-bener capek ya?
“Hmm.., berarti lu nanti gak ikut latihan klub basket dong?” tanyaku lagi. Gustav mengela napas, “Nggak tau. Kalo gue absen sakit. Ntar si Shinta cerewet. Gue benci kalo dia udah gitu. Nelpon malam-malam ampe 6 kali.” Jelas Gustav. Oh-so-wow Shit! Si Shinta lebay banget!
“Oh gitu.., yaudah istirahat aja.” Kataku malu-malu.
“Lu ngapain kesini?” tanya Gustav genti. “Em.., Mo ngambil tensi darah.” Jawabku sambil mengambil tensi darah di UKS.
“Lagi pelajaran pak Iyus ya? Udah sono.., lu balik kekelas.”
“Iya.” Ujarku singkat. Kemudian berbalik badan, keluar dari ruang kesehatan. Berlari menuju kelas sambil menggenggam tensi darah dengan tampang berbunga-bunga.
##
.
.
.
.
.
Author : Hmm.. Chap satu kelar juga. Cerita ini dibagi 3 chapter sobat. Untuk temanku yang terkait dalam cerita ini.. Gomene.. aku terlalu senonoh menggambarkan sifat 'Kumala'. Whahahahaha.. Oh ya! Aku sengaja membuat Gustav aktif di ekskul basket.., karena nanti ada hubungannya sama Andre dan Alvino di ekskul basket juga. Tetep baca Cerbungku di Chap selanjutnya say... :*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar